Selasa, 18 September 2012
KEUTAMAAN SEDEKAH
Sedekah dapat menambah umur seseorang, dapat menghilangkan akhlak-akhlak yang jelek serta dapat menjaga seseorang dari kefakiran, sebagaimana sabda Nabi Muhammad, saw yang diriwayatkan dari Amr bin Auf "sesungguhnya sedekah seseorang muslim dapat menambah umurnya, dapat mencegah dari kematian yang tidak baik dan dengannya Allah akan menghilangkan sifat sombong, kefakiran dan sifat berbangga hati"
Kamis, 13 September 2012
SEJARAH RASUL
Sejarah Nabi Muhammad SAW
Lagi-lagi sebuah sejarah
dilupakan, seakan-akan mereka tidak pernah tahu atau mungkin tidak mau tahu,
ini adalah sejarah yang tak boleh dilupakan, karena inilah sebab awal
penciptaan dan akhir penciptaan, ia bermula 14 abad yang lalu di sebuah kota
kecil, sebuah kota yang panas dan tandus yang dipenuhi dengan penyembahan
terhadap kayu-kayu dan batu-batu yang tak dapat berbuat apa-apa dan juga disana
terdapat sebuah kotak hitam yang dikelilingi oleh “berhala-berhala†yang sekarang
telah berubah wujud tapi memiliki wujud “berhala†yang sama. Sungguh tak
terpikirkan betapa bodoh manusia zaman itu, ialah sebuah jazirah yang disebut
jazirah Arabia, perbuatan buruk dan haram, perampokan, pembunuhan
bayi,minum-minuman keras, yang memusnahkan segala kebajikan dan moral
menempatkan masyarakat jazirah Arabia ini dalam situasi kemerosotan yang luar
biasa. Mereka terpecah-pecah menjadi kabilah-kabilah (bani/kaum).
I.
Kelahiran Sang Nabi
Pada saat yang sangat
kritis ini muncullah sebuah bintang pada malam yang gelap gulita, sinarnya
semakin terang membuat malam menjadi terang benderang, ia bukan bintang yang
biasa, tapi bintang yang sangat luar biasa, bahkan matahari di siang haripun
malu menampakkan sinarnya karena bintang ini adalah maha bintang yang
terlahirkan ke
muka bumi, ialah cahaya dalam kegelapan, ia adalah cahaya di dalam dada, ia
dikenal dengan Nama Muhammad, menurut sejarawan bintang ini tepat terlahir
tanggal 17 Rabi’ul Awwal (12 Rabi’ul awwal menurut mazhab sunni) 570 M,
bintang ini tak pernah padam walaupun 14 abad setelah ketiadaannya, bahkan ia
semakin terang dan semakin terang, dari bintang ini terlahir 13 bintang yang
lain, yang selalu menjadi hujjah bagi bintang-bintang yang sulit bersinar
lainnya di setiap zamannya. Ia memiliki silsilah yang berhubungan langsung
dengan jawara Tauhid melalui anaknya Ismail AS, yang dilahirkan melalui
rahim-rahim suci dan terpelihara dari perbuatan-perbuatan mensekutukan Tuhan.
Ia begitu suci sehingga Tuhan memerintahkan kepada Para Malaikat dan Jin untuk
bersujud kepada Adam, karena cahayanya dibawa oleh Adam AS untuk disampaikan
kepada maksud, ia adalah rencana Tuhan yang teramat besar yang langit dan bumi
pun tak kan sanggup memikulnya.
Peristiwa kelahiran sang bintang dipenuhi dengan
kejadian-kejadian yang luarbiasa, dimulai dengan peristiwa padamnya api “abadi†di kerajaan Persia,
hancurnya sesembahan batu di sana, dan penyerangan pasukan bergajah untuk
menghancurkan Ka’bah, yang di kemudian hari menjadi kiblat baginya dan
ummatnya sampai akhir zaman, namun tentara yang besar ini dihancurkan oleh
burung-burung yang dikirimkan oleh Sang Pemilik kiblat (Ka’bah), karenanya
tahun ini dinamakan tahun Gajah. Sudah menjadi tradisi kelahiran manusia luar
biasa harus juga didahului peristiwa yang luar biasa. Muhammad namanya, ayahnya
bernama Abdullah, Ibundanya
Aminah, kedua orang tuanya berasal dari silsilah yang mulia yang merupakan
keturunan Jawara Tauhid (Ibrahim AS). Abdullah lahir kedunia hanya untuk
membawa nur Muhammad dan “meletakkannya†ke dalam rahim Aminah, Sang isteri
saat itu mengandung (2 bulan) bayi yang kelak menjadi manusia besar. Setelah lama kepergian sang suami, sang isteri
merasakan kesepian yang amat dalam, walaupun suaminya selalu berkirim surat. Namun
pada saat lain surat tidak lagi ia terima, begitu riang hatinya ternyata ia
melihat rombongan dagang suaminya telah pulang, tapi Ia amat terkejut karena
tak dilihatnya suaminya, datanglah seseorang dari rombongan tersebut yang
menyampaikan berita kepada Aminah, mulutnya begitu berat untuk mengucapkan kata
– kata ini kepada wanita ini, ia tidak sanggup mengutarakannya, namun
akhirnya terucap juga bahwa sang suami telah berpulang ke hadirat Allah Swt dan
dimakamkan di abwa.
Begitu goncang hatinnya mendengarkan hal ini,
tak sanggup menahan tangisnya, ia menangis menahan sedih dan tak makan beberapa hari, namun ia bermimpi, dalam mimpinya seorang wanita
datang dan berkata kepadanya agar ia menjaga bayi dalam janinnya dengan baik
– baik. Ia berulang kali bermimpi bertemu dengan wanita tersebut yang
ternyata adalah Maryam binti Imran (Ibu Isa as). Dalam mimpinya sang wanita
mulia ini berkata : “Kelak bayi yang ada didalam rahimmu akan menjadi manusia paling mulia
sejagat raya, maka jagalah ia baik – baik hingga kelahirannya.
Saat ayahanda Muhammad yang
mulia ini Wafat dalam usia 20 tahun (riwayat lain – 17 tahun), sang bintang
kita ini sedang berada dalam kandungan ibunya, beberapa tahun kemudian Bunda
Sang bintang menyusul suaminya dan dimakamkan di Abwa juga. Muhammad dibawa
pulang oleh Ummu Aiman dan diasuh oleh kakeknya, belum lagi hilang duka setelah
ditinggal Sang Bunda, ia pun harus kehilangan kakeknya ketika umurnya belum
lagi menginjak delapan tahun. Setelah kepergian sang kakek, sang bintang (Muhammad)
diasuh oleh pamannya, Abu Tholib, seorang putra Abdul Mutholib yang pertama
menyatakan keimanannya kepada kemenakannya sendiri (Muhammad). Pemandu ilahi
selalu saja dipilihkan oleh Ilahi untuk memiliki profesi sebagai seorang
gembala, melalui profesi ini beliau mengarungi beberapa waktu kehidupannya
untuk menjadi “gembala†domba yang lebih besar, inilah pilihan Ilahi yang
memilihkan baginya sebuah jalan dimana hal ini penting bagi orang yang akan
berjuang melawan orang-orang hina yang berpikiran sampai menyembah aneka batu
dan pohon, ilahi menjadikannya kuat sehingga tidak menyerah kepada apapun
kecuali keputusan-Nya. Ada penulis sirah yang mengutip kalimat Nabi berikut
ini, “ Semua Nabi pernah menjadi gembala sebelum beroleh jabatan kerasulan.â€
Orang bertanya kepada Nabi,†Apakah Anda juga pernah menjadi gembala?â€
Beliau menjawab,†Ya. Selama beberapa waktu saya menggembalakan domba orang
Mekah di daerah Qararit.â€
Sang bintang terlahir bukan dari kalangan orang
yang teramat kaya, belum lagi ia dilahirkan sebagai seorang yatim, dan telah kehilangan Ayah, Ibu di masa kecil sebagai
tempat bernaung, apa yang dapat dikatakan oleh anak kecil yang telah kehilangan
kedua orang tuanya sedangkan dia sendiri masih membutuhkan naungan kedua orang
tua dan kasih sayang mereka. Mari kita masuk ke jazirah Arabia lebih jauh lagi,
kita dapat melihat bahwa kondisi keuangan Muhammad terbilang cukup sulit.
Muhammad terkenal dengan kemuliaan rohaninya, keluhuran budi, keunggulan ahklaq
dan dirinya dikenal di masyarakat sebagai “orang jujur†(al-Amin), ia
menjadi salah seorang kafilah dagang Khodijah yang terpercaya dan Khodijah
memberikan dua kali lipat dibandingkan yang diberikannya kepada orang lain.
Kafilah Quraisy, termasuk barang dagangan Khodijah, siap bertolak, kafilah tiba
di tempat tujuan. Seluruh anggotanya mengeruk laba. Namun, laba yang diperoleh
Nabi lebih banyak ketimbang lain. Kafilah kembali ke Makkah. Dalam perjalanan,
Sang bintang melewati negeri ‘Ad dan Tsamud. Keheningan kematian yang menimpa
kaum pembangkang itu mengundang perhatian sang bintang.
Kafilah mendekati Mekah, Maisarah, berkata
kepada sang Bintang, “Alangkah baiknya jika Anda memasuki Mekah mendahului
kami dan mengabarkan kepada Khodijah tentang perdagangan dan keuntungan besar
yang kita dapatkan.†Nabi tiba di Mekah ketika Khodijah sedang duduk di kamar
atasnya. Ia berlari turun dan mengajak Nabi ke ruangannya. Nabi menyampaikan,
dengan menyenangkan, hal-hal menyangkut barang dagangan. Maisarah menceritakan
tentang Kebesaran jiwa Al-Amin selama perjalanan dan perdagangan. Maisarah
menceritakan “Di Busra, Al-Amin duduk di bawah pohon untuk istirahat. Seorang
pendeta, yang sedang duduk di biaranya, kebetulan melihatnya. Ia datang seraya
menanyakan namanya kepada saya, kemudian ia berkata, ‘Orang yang duduk di
bawah naungan pohon itu adalah nabi, yang tentangnya telah saya baca banyak
kabar gembira di dalam Taurat dan Injil.
Kemudian Khodijah menceritakan apa yang
didengarnya dari Maisarah kepada Waraqah bin Naufal, si hanif dari Arabia.
Waraqah mengatakan, “Orang yang memiliki sifat-sifat itu adalah nabi
berbangsa Arab.
II. Pernikahan
Kebanyakan sejarawan percaya bahwa yang
menyampaikan lamaran Khadijah kepada Nabi ialah Nafsiah binti ‘Aliyah sebagai
berikut:
“Wahai Muhammad! Katakan terus terang, apa
sesungguhnya yang menjadi penghalang bagimu untuk memasuki kehidupan rumah
tangga? Kukira usiamu sudah cukup dewasa!†Apakah anda akan menyambut dengan
senang hati jika saya mengundang Anda kepada kecantikan, kekayaan, keanggunan,
dan kehormatan ?†Nabi menjawab,â€Apa maksud Anda?†Ia lalu menyebut
Khodijah. Nabi lalu berkata,†Apakah Khodijah siap untuk itu, padahal dunia
saya dan dunianya jauh berbeda?†Nafsiah berujar “Saya mendapat kepercayaan
dari dia, dan akan membuat dia setuju. Anda perlu menetapkan tanggal perkawinan
agar walinya (‘Amar bin Asad) dapat mendampingi Anda beserta handai tolan
Anda, dan upacara perkawinan dan perayaan dapat diselenggarakan".
Kemudian Muhammad membicarakan hal ini kepada
pamannya yang mulia, Abu Tholib. Pesta yang agung pun diselenggarakan, sang
paman yang mulia ini menyampaikan pidato, mengaitkannya dengan puji syukur
kepada Tuhan. Tentang keponakannya, ia berkata demikian, “Keponakan saya
Muhammad bin ‘Abdullah lebih utama daripada siapapun di kalangan Quraisy.
Kendati tidak berharta, kekayaan adalah bayangan yang berlalu, tetapi asal usul
dan silsilah adalah permanen".
Waraqah, paman Khodijah, tampil dan mengatakan
sambutannya, “Tak ada orang Quraisy yang membantah kelebihan Anda. Kami
sangat ingin memegang tali kebangsawanan Anda.†Upacara pun dilaksanakan.
Maharditetapkan empat puluh dinar-ada yang mengatakan dua puluh ekor unta.
Sang bintang sekarang mulai dewasa, ia mempunyai
seorang istri yang begitu lengkap kemuliaannya, dari perkawinan ini Khodijah
melahirkan enam orang anak, dua putra, Qasim, dan Abdulah, yang dipanggil
At-Thayyib, dan At-Thahir. Tiga orang putrinya masing-masing Ruqayyah, Zainab,
Ummu Kaltsum, dan Fatimah. Kedua anak laki-lakinya meninggal sebelum Muhammad
diutus menjadi Rosul.
Ketika umur sang bintang mulai menginjak 35
tahun, banjir dahsyat mengalir dari gunung ke Ka’bah. Akibatnya, tak satu pun
rumah di Makah selamat dari kerusakan. Dinding ka’bah mengalami kerusakan.
Orang Quraisy memutuskan untuk membangun Ka’bah tapi takut membongkarnya.
Walid bin Mughirah, orang pertama yang mengambil linggis, meruntuhkan dua pilar
tempat suci tersebut. Ia merasa takut dan gugup. Orang Mekah menanti jatuhnya
sesuatu, tapi ketika ternyata Walid tidak menjadi sasaran kemarahan berhala,
mereka pun yakin bahwa tindakannya telah mendapatkan persetujuan Dewa. Mereka
semua lalu ikut bergabung meruntuhkan bangunan itu. Pada saat pembangunan
kembali ka’bah, diberitahukan pada semua pihak sebagai berikut, “Dalam
pembangunan kembali Ka’bah, yang dinafkahkan hanyalah kekayaan yang diperoleh
secara halal. Uang yang diperoleh lewat cara-cara haram atau melalui suap dan
pemerasan, tak boleh dibelanjakan untuk tujuan ini.†Terlihat bahwa ini adalah ajaran para Nabi, dan
mereka mengetahui tentang kekayaan yang diperoleh secara tidak halal, tetapi kenapa mereka masih melakukan hal
demikian, inipun terjadi di zaman ini, di Indonesia, rakyat ataupun
pemerintahnya mengetahui tentang halal dan haramnya suatu harta kekayaan atau
pun perbuatan yang salah dan benar, tapi mereka masih saja melakukan perbuatan
itu walaupun tahu itu adalah salah.
Mari kita kembali lagi menuju Mekah, ketika
dinding ka’bah telah dibangun dalam batas ketinggian tertentu, tiba saatnya
untuk pemasangan Hajar Aswad pada tempatnya. Pada tahap ini, muncul
perselisihan di kalangan pemimpin suku. Masing-masing suku merasa bahwa tidak
ada suku yang lain yang pantas melakukan perbuatan yang mulia ini kecuali
sukunya sendiri. Karena hal ini, maka pekerjaan konstruksi tertunda lima hari.
Masalah mencapai tahap kritis, akhirnya seorang tua yang disegani di antara
Quraisy, Abu Umayyah bin Mughirah Makhzumi, mengumpulkan para pemimpin Quraisy
seraya berkata,â€Terimalah sebagai wasit orang pertama yang masuk melalui
Pintu Shafa.†(buku lain mencatat Bab as-salam). Semua menyetujui gagasan
ini. Tiba-tiba Muhammad muncul dari pintu. Serempak mereka berseru, “Itu
Muhammad, al-Amin. Kita setuju ia menjadi wasit!â€
Untuk menyelesaikan pertikaian itu, Nabi meminta
mereka menyediakan selembar kain. Beliau meletakkan Hajar Aswad di atas kain
itu dengan tangannya sendiri, kemudian meminta tiap orang dari empat sesepuh
Mekah memegang setiap sudut kain itu. Ketika Hajar Aswad sudah diangkat ke dekat
pilar, Nabi meletakkannya pada tempatnya dengan tangannya sendiri. Dengan cara
ini, beliau berhasil mengakhiri pertikaian Quraisy yang hampir pecah menjadi
peristiwa berdarah.
Tuhan, Sang Maha Konsep sudah membuat konsep
tentang semua ini, tanda-tanda seorang bintang telah banyak ia tampakkan pada
diri Muhammad, dari batinnya yang mulia sampai pada bentuk lahirnya yang indah.
Kesabaran yang diabadikan di dalam Kitab suci menjadi bukti yang tak
terbantahkan, bahwa ia adalah manusia sempurna, dalam wujud lahiriah
(penampakan), maupun batinnya. Tidak setitik cela apalagi kesalahan selama
hidupnya, Sang Maha Konsep benar-benar telah mengonsepnya menjadi manusia
‘ilahi’. Al-Amin telah dikenal oleh masyarakat Mekah, sebagai manusia
mulia, sebagai manifestasi wujud kejujuran mutlak. Sebelum pengutusannya
menjadi Rosul, Muhammad selalu mengamati tanda kekuasaan Tuhan, dan mengkajinya
secara mendalam, terutama mengamati keindahan, kekuasaan, dan ciptaan Allah
dalam segala wujud. Beliau selalu melakukan telaah mendalam terhadap langit, bumi dan isinya. Beliau selalu mengamati
masyarakatnya yang rusak, dan hancur, beliau mempunyai tugas untuk
menghancurkan segala bentuk pemberhalaan. Apalah kiranya yang membuat
masyarakatnya seperti ini, ia mengembalikan semua ini kepada Tuhan, yang
menurutnya tak mungkin sama dengan manusia.
Gunung Hira, puncaknya dapat dicapai kurang
lebih setengah jam, gua ini adalah saksi atas peristiwa menyangkut “sahabat
karibâ€-nya (Muhammad), gua ini menjadi saksi bisu tentang wahyu, dan seakan-akan
ia ingin berkata,†disinilah dulu anak Hasyim itu tinggal, yang selalu kalian
sebut-sebut, disinilah ia diangkat menjadi Rosul, disinilah Al-Furqon pertama
kali dibacakan, wahai manusia, bukankah aku telah mengatakannya, kalianlah
(manusia) yang tak mau menengarkannya, kalian menutup telinga kalian
rapat-rapat, dan menertawakanku, sedangkan sebagian dari kalian hanya
menjadikan aku sebagai museum sejarah.“kata saksi bisu.
III. Diangkat Menjadi Rasul
Hira, tempat diturunkannya kalimat Tuhan Yang
Maha Sakti, kalimat yang membuat iblis berputus asa untuk menyesatkan manusia,
kalimat yang dengannya alam semesta berguncang. Al-Qur’an, susunan kalimatnya
yang mengandung makna yang banyak telah membuat tercengang manusia-manusia
manapun di jagat raya, yang mengakui kebenarannya, akan mengikutinya, sedangkan
yang tidak mengakuinya harus tunduk atas kebenarannya, dan bagi mereka yang
menolak, dengan cara apapun akan sia-sia, dan celaka. Jibril (Ruh Al-Qudus) diutus Tuhan semesta Alam, Sang Pemilik Konsep,
untuk menyampaikan kalimat-Nya secara berangsur-angsur kepada Al-amin yang
berada di Gunung Hira’. Al-Amin telah mempersiapkan dirinya selama empat puluh tahun untuk memikul tugas
yang maha berat ini, Jibril datang kepadanya dengan membawa beberapa kalimat
dari Tuhannya. Ialah kalimat pertama yang dikemukakan dalam Al-qur’an sebagai
berikut
“Bacalah dengan [ menyebut] nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Paling Pemurah. Yang mengajari [manusia] dengan perantaraan
kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinyaâ€.
Ayat ini dengan tegas menyatakan tentang program
Nabi, dan menyatakan dalam istilah-istilah jelas bahwa fondasi agamanya diberikan dengan pengkajian,
pengetahuan, kebijaksanaan, dan penggunaan pena.
Muhammad, pembawa berita
bahagia, ancaman, dan perintah merupakan manusia teladan sepanjang masa, ia
adalah manusia dalam wujud Ilahiah, utusan Tuhan yang kepadanya ummat manusia
memohonkan syafa’at. Tidak satupun mahkluq yang mencapai kesempurnaan yang
dicapai Muhammad, sejak kecil ia telah memperlihatkan ketulusan, kejujuran,
manusia yang seumur hidupnya tidak pernah berbohong, yang tidak pernah
menghianati janji, dan sayang kepada yang miskin.
Malaikat Jibril
menyelesaikan tugasnya menyampaikan wahyu itu, dan Muhammad pun turun dari Gua
Hira menuju rumah “Khodijahâ€. Jiwa agung Nabi disinari cahaya wahyu. Beliau
merekam di hatinya apa yang didengarnya dari malaikat Jibril. Setelah kejadian
ini, Jibril menyapanya,â€Wahai Muhammad! Engkau Rosul Allah dan aku Jibrilâ€.
Muhammad menerima kalimat Tuhannya secara bertahap, secara berangsur-angsur,
fakta sejarah mengakui bahwa di antara wanita, Khodijah adalah wanita yang
pertama memeluk Islam, dan pria pertama yang memeluk Islam adalah ‘Ali.
Muhammad mengadakan
perjamuan makan dengan kerabatnya, selesai makan, beliau berpaling kepada para
sesepuh keluarganya dan memulai pembicaraan dengan memuji Allah dan memaklumkan
keesaan-Nya. Lalu beliau berkata,†Sesungguhnya, pemandu suatu kaum tak
pernah berdusta kepada kaumnya. Saya bersumpah demi Allah yang tak ada sekutu
bagi-Nya bahwa saya diutus oleh Dia sebagai Rosul-Nya, khususnya kepada Anda
sekalian dan umumnya kepada seluruh penghuni dunia. Wahai kerabat saya! Anda
sekalian akan mati. Sesudah itu, seperti Anda tidur, Anda akan dihidupkan
kembali dan akan menerima pahala menurut amal Anda. Imbalannya adalah surga
Allah yang abadi (bagi orang lurus) dan neraka-Nya yang kekal(bagi orang yang
berbuat jahat). “Lalu beliau menambahkan, “Tak ada manusia yang pernah
membawa kebaikan untuk kaumnya ketimbang apa yang saya bawakan untuk Anda. Saya
membawakan kepada Anda rahmat dunia maupun Akhirat. Tuhan saya memerintahkan
kepada saya untuk mengajak Anda kepada-Nya. Siapakah diantara Anda sekalian
yang akan menjadi pendukung saya sehingga ia akan menjadi saudara, washi (penerima wasiat), dan
khalifah (pengganti) saya?â€.
Ketika pidato Nabi
mencapai poin ini, kebisuan total melanda pertemuan itu. ‘Ali, remaja berusia
lima belas tahun, memecahkan kebisuan itu. Ia bangkit seraya berkata dengan
mantap,†Wahai Nabi Allah, saya siap mendukung Anda.†Nabi menyuruhnya duduk. Nabi mengulang
tiga kali ucapannya, tapi tak ada yang menyambut kecuali ‘Ali yang terus
melontarkan jawaban yang sama. Beliau lalu berpaling kepada kerabatnya seraya
berkata,†Pemuda ini adalah saudara, washi, dan khalifah saya diantara
kalian. Dengarkanlah kata-katanya dan ikuti dia".
Pemakluman khilafah (imamah) ‘Ali di hari-hari
awal kenabian Muhammad memperlihatkan bahwa dua kedudukan ini berkaitan satu
sama lain. Ketika Rosulullah diperkenalkan kepada masyarakat, khalifahnya juga
ditunjuk dan diperkenalkan pada hari itu juga. Ini dengan sendirinya
menunjukkan bahwa kenabian dan imamah merupakan dua hal yang tak terpisahkan.
Peristiwa diatas membuktikan heroisme spiritual
dan kebenaran ‘Ali. Karena, dalam pertemuan di mana orang-orang tua dan
berpengalaman tenggelam dalam keraguan dan keheranan, ia menyatakan dukungan dan
pengabdian dengan keberanian sempurna dan mengungkapkan permusuhannya terhadap
musuh Nabi tanpa menempuh jalan politisi yang mengangkat diri sendiri. Kendati
waktu itu ia yang termuda diantara yang hadir, pergaulannya yang lama dengan
Nabi telah menyiapkan pikirannya untuk menerima kenyataan, sementara para
sesepuh bangsa ragu-ragu untuk menerimanya.
Setelah berdakwah kepada kaum kerabatnya, Nabi berdakwah terang-terangan
kepada kaum Quraisy. Muhammad, berbekal kesabaran, keyakinan, kegigihan, dan
keuletan dalam berdakwah terus-menerus dan tidak menghiraukan orang-orang
musrik yang terus menghardik dan mengejeknya. Banyak yang cara yang dilakukan
kaum Quraisy untuk menghentikan Muhammad, suatu saat Abu Tholib sedang duduk
bersama keponakannya. Juru bicara rombongan yang mendatangi rumah Abu Tholib
membuka pembicaraan dengan berkata,†Wahai Abu Tholib! Muhammad
mencerai-beraikan barisan kita dan menciptakan perselisihan diantara kita. Ia
merendahkan kita dan mencemooh kita dan berhala kita. Jika ia melakukan itu
karena kemiskinan dan kepapaannya, kami siap menyerahkan harta berlimpah
kepadanya. Jika ia menginginkan kedudukan, kami siap menerimanya sebagai
penguasa kami dan kami akan mengikuti perintahnya. Bila ia sakit dan
membutuhkan pengobatan, kami akan membawakan tabib ahli untuk merawatnya…â€.
Abu Tholib berpaling kepada Nabi seraya
berkata,“ Para sesepuh anda datang untuk meminta Anda berhenti mengkritik
berhala supaya mereka pun tidak mengganggu Anda.†Nabi menjawab,†Saya
tidak menginginkan apa pun dari mereka. Bertentangan dengan empat tawaran itu,
mereka harus menerima satu kata dari saya, yang dengan itu mereka dapat
memerintah bangsa Arab dan menjadikan bangsa Ajam sebagai pengikut mereka.â€
Abu Jahal bangkit sambil berkata, “ Kami siap sepuluh kali untuk
mendengarnya.†Nabi menjawab,†Kalian harus mengakui keesaan Tuhan.â€
Kata-kata tak terduga dari Nabi ini laksana air dingin ditumpahkan ke ceret
panas. Mereka demikian heran, kecewa, dan putus asa sehingga serentak mereka
berkata,†Haruskah kita mengabaikan 360 Tuhan dan menyembah kepada satu Allah
saja?â€
Orang Quraisy meninggalkan rumah Abu Tholib
dengan wajah dan mata terbakar kemarahan. Mereka terus memikirkan cara untuk
mencapai tujuan mereka. Dalam ayat berikut, kejadian itu dikatakan,
“Dan mereka heran karena mereka kedatangan
seorang pemberi peringatan dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir
berkata,’Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta. Mengapa ia
menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja ? Sesungguhnya ini benar-benar
suatu hal yang sangat mengherankan.’ Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka
[seraya berkata], ‘Pergilah kamu dan tetaplah [menyembah] tuhan-tuhanmu,
sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki. Kami tidak pernah mendengar
hal ini dalam agama yang terakhir ini; ini(mengesakan Allah) tidak lain kecuali
dusta yang diada-adakan.â€
Banyak sekali contoh penganiayaan dan penyiksaan
kaum Quraisy, Tiap hari nabi menghadapi penganiayaan baru. Misalnya, suatu hari
Uqbah bin Abi Mu’ith melihat Nabi bertawaf, lalu menyiksanya. Ia menjerat
leher Nabi dengan serbannya dan menyeret beliau ke luar masjid. Beberapa orang
datang membebaskan Nabi karena takut kepada Bani Hasyim. Dan masih banyak lagi. Nabi menyadari dan
prihatin terhadap kondisi kaum Muslim. Kendati beliau mendapat dukungan dan
lindungan Bani Hasyim, kebanyakan pengikutnya budak wanita dan – pria serta
beberapa orang tak terlindung. Para pemimpin Quraisy menganiaya orang-orang ini
terus-menerus , para pemimpin terkemuka berbagai suku menyiksa anggota suku
mereka sendiri yang memeluk Islam. Maka ketika para sahabatnya meminta
nasihatnya menyangkut hijrah, Nabi menjawab, “Ke Etiopia akan lebih mantap.
Penguasanya kuat dan adil, dan tak ada orang yang ditindas di sana. Tanah
negeri itu baik dan bersih, dan Anda boleh tinggal di sana sampai Allah
menolong Anda.
Pasukan Syirik Quraisy kehabisan akal untuk
menghancurkan Muhammad, maka mereka melakukan propaganda anti Muhammad,
diantaranya mereka memfitnah Nabi, Bersikeras menjuluki Nabi Gila, larangan
mendengarkan Al-Qur’an, menghalangi orang masuk Islam, sehingga Allah
mengabadikan perkataan orang-orang keji ini dan menunjukkan sesatnya perkataan
mereka, dalam Al-Qur’an Allah berfirman
“Demikianlah, tiada seorang rosul pun yang
datang kepada orang-orang yang sebelum mereka selain mengatakan,’ Ia adalah
seorang tukang sihir atau orang gila.’ Apakah mereka saling berpesan tentang
apa yang dikatakan itu ? Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas.â€
Kaum Quraisy pun gagal melakukan berbagai macam
cara untuk menghalangi usaha Muhammad, dan menghalangi orang-orang untuk
mengikuti agama Tuhan Yang Esa. Mereka pun melakukan Blokade ekonomi yang
membuat banyak kaum muslim, terutama kaum wanita dan anak-anak kelaparan. Nabi
dan para pengikutnya masuk ke Syi’ib Abu Tholib, yang diikuti pendamping
hidupnya, Khodijah, dengan membawa serta Fatimah AS. Orang-orang Quraisy
mengepung mereka di Syi’ib itu selama tiga tahun. Dan akhirnya tahun-tahun
blokade itu pun berakhir. Dan keluarlah sang bintang bersama keluarga dan
sahabatnya dari pengepungan. Allah telah menetapkan kemenangan bagi mereka, dan
Khodijah pun berhasil pula keluar dari pengepungan dalam keadaan amat berat dan
menderita, Beliau telah hidup dengan kehidupan yang menjadi teladan Istimewa
bagi kalangan kaum wanita. Ajal Khodijah sudah dekat. Allah telah memilihnya
untuk mendampingi Rosulullah Saww., dan dia telah berhasil menunaikan tugas
dengan baik. Khodijah akhirnya meninggal pada tahun itu juga. Yakni, pada saat
kaum Muslim keluar dari blokade orang-orang Quraisy, tahun kesepuluh sesudah
Kenabian. Pada tahun yang sama, paman Rosul (Abu Tholib) meninggal dunia, yang
sekaligus sebagai pelindung dakwa Muhammad. Sungguh Nabi mengalami kesedihan
yang amat berat. Beliau kehilangan Khodijah, dan juga pamannya yang menjadi
pelindung, dan pembelanya. Itu sebabnya, maka tahun ini dinamakan ‘Am Al-Huzn
(Tahun Duka cita). Bukan hanya Rosul yang terpukul hatinya, Fatimah, yang belum
kenyang mengenyam kasih sayang seorang ibu dan kelembutan belaiannya, ikut pula
menanggungnya. Kedukaan menyelimuti dan menindihnya di tahun penuh kesedihan
itu.Fatimah kehilangan ibundanya, berpisah dari orang yang menjadi sumber
cintanya dan kasih sayangnya. Acap kali dia bertanya kepada ayahandanya,â€
Ayah, kemana Ibu?†Kalau sudah begini, tangisnya pecah, air matanya meleleh,
dan kesedihan menerpa hatinya. Rosul merasakan betapa berat kesedihan yang
ditanggung putrinya. Setelah wafatnya Abu Tholib kaum Kafir Quraisy semakin berani
menganggu Muhammad, akhirnya Muhammad berhijrah ke Yastrib, peristiwa hijrahnya
Nabi ke Yastrib, merupakan momen awal dari lahirnya negara Islam. Penduduk
Yastrib bersedia memikul tanggung jawab bagi keselamatan Nabi. Di bulan
Robi’ul Awwal tahun ini, saat hijrahnya Nabi terjadi, tak ada seorang muslim
pun yang tertinggal di Mekah kecuali Nabi, ‘Ali dan Abu Bakar, dan segelintir
orang yang ditahan Quraisy atau karena sakit,dan lanjut usia.
Kaum Quraisy yang berada di Mekah akhirnya
membuat kesepakatan untuk membunuh Muhammad di malam hari, dan masing-masing
suku mempunyai wakil, sehingga Bani Hasyim tidak dapat menuntut balas atas
kematian Muhammad. Orang-orang ini memang bodoh, mereka mengira Muhammad dapat
dihancurkan hanya dengan cara seperti ini, seperti urusan duniawi mereka. Jibril datang memberitahu Nabi
tentang rencana kejam kaum kafir itu. Al-Qur’an merujuk pada kejadian itu
dengan kata-kata,
“Dan [ingatlah] ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu
untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka
memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah
sebaik-baik Pembalas tipu daya.
Ali berbaring melewati cobaan yang mengerikan
demi keselamatan Islam menggantikan Nabi, sejak sore. Ia bukan orang tua yang lanjut
usia, tapi seorang anak muda yang begitu berani mengorbankan nyawanya untuk
sang Nabi, ia, yang bersama Khodijah adalah orang yang pertama-tama beriman
kepada Nabi, dialah orang yang rela berkorban untuk Nabi, Ali, sekali lagi
‘Ali. Kepadanya Nabi berkata,â€Tidurlah di ranjang saya malam ini dan tutupi
tubuh Anda dengan selimut hijau yang biasa saya gunakan, karena musuh telah
bersekongkol membunuh saya. Saya harus berhijrah ke Yastrib. ‘Ali menempati
ranjang Nabi sejak sore. Ketika tiga perempat malam lewat, empat puluh orang
mengepung rumah nabi dan mengintipnya melalui celah. Mereka melihat keadaan
rumah seperti biasanya, dan menyangka bahwa orang yang sedang tidur di kamar
itu adalah Nabi.
IV. Hijrah
Kini tiba fajar. Semangat dan gairah besar
tampak di kalangan musyrik itu. Mereka begitu yakin akan segera berhasil.
Dengan pedang terhunus mereka memasuki kamar Nabi, yang menimbulkan suara
gaduh. Serentak ‘Ali mengangkat kepalanya dari bantal dan menyingkirkan
selimutnya lalu berkata dengan sangat tenag,â€Apa yang terjadi ?†Mereka
menjawab,â€Kami mencari Muhammad. Di mana dia?†’Ali berkata,†Apakah
anda menitipkannya kepada saya sehingga saya harus menyerahkannya kembali
kepada Anda? Bagaimanapun, sekarang ia tak ada di rumah.†Muhammad telah
pergi jauh di luar pengetahuan mereka.
Nabi, tiba di Quba tanggal 12 Rabi’ul Awwal,
dan tinggal di rumah Ummu Kultsum ibn al-Hadam. Sejumlah Muhajirin dan Ansor
sedang menunggu kedatangan Nabi. Beliau tinggal di situ sampai akhir pekan.
Sebagian orang mendesak agar beliau segera berangkat ke Madinah, tetapi beliau
menunggu kedatangan ‘Ali. Orang Quraisy mengetahui hijrahnya ‘Ali dan
rombongannya – diantaranya ialah Fatimah, puteri Nabi, Fatimah binti ‘Asad
dan Fatimah binti Hamzah bin Abdul Mutholib – karena itu, mereka memburunya
dan berhadap-hadapan dengan dia di daerah Zajnan. Perselisihan pun terjadi dan
‘Ali berkata “Barangsiapa menghendaki tubuhnya terpotong-potong dan darahnya tumpah, majulah! Tanda marah nampak
di wajahnya. Orang-orang Quraisy yang merasa bahwa masalah telah menjadi
serius, mengambil sikap damai dan berbalik pulang.†Ketika ‘Ali tiba di
Quba, kakinya berdarah, dikarenakan menempuh perjalanan Makah Madinah dengan berjalan
kaki. Nabi dikabari bahwa, ‘Ali telah tiba tapi tak mampu menghadap beliau.
Segera nabi ke tempat ‘Ali lalu merangkulnya. Ketika melihat kaki ‘Ali
membengkak, air mata Nabi menetes".
Penduduk Yastrib – yang kemudian berganti
menjadi nama Madinah - menyambut kedatangan Nabi. Mereka mengucapkan berbagai macam syair untuk
menyambut manusia mulia ini. Disinilah manifestasi sebuah negara Islam pertama
kali didirikan. Muhammad menyusun kekuatannya di Madinah bersama keluarga dan
sahabat setianya yang rela meninggalkan tanah air dan hartanya untuk Tuhannya,
islam yang muda ini menyusun kekuatan untuk menghadapi kekuatan kaum Quraisy
yang setiap saat siap untuk menghancurkan Islam yang dibangun ini, perang demi
perang mulai dari Badar, Uhud, Khandaq, yang disetiap perang tampillah Al-Washi
Muhammad yang selalu menjadi pemberi moral kepada pasukan untuk menghancurkan
kafir Quraisy dengan Iman yang membara. Pada perang Badar ‘al-washi (‘Ali)
dan Hamzah tampil menghadapi pemberani kafir Quraisy, dalam sepucuk suratnya kepada Muawiyah, ‘Ali
mengingatkannya dalam kata-kata ‘Pedang saya yang saya gunakan untuk
membereskan kakek anda dari pihak ibu (Utbah, ayah dari Hindun Ibu Muawiyah),
paman anda dari pihak Ibu (Walid bin Uthbah) dan saudara Anda (Hanzalah) masih
ada pada saya. Pada perang Uhud Nabi dan lagi-lagi Hamzah dan ‘Ali tidak
pernah Absen, ‘Ali adalah pembawa panji dalam setiap peperangan. Nabi
mengungkapkan nilai pukulan ‘Ali pada perang Khandaq (parit) – disebut juga
dengan Ahzab – kepada ‘Amar bin ‘Abdiwad itu,†Nilai pengorbanan itu
melebihi segala perbuatan baik para pengikutku, karena sebagai akibat kekalahan
jagoan kafir terbesar itu kaum Muslim menjadi terhormat dan kaum kafir menjadi
aib dan terhina".
V. Benteng Khaibar
Pada perang Khaibar ketika semangat kaum muslim mengendur dan merasa tidak mampu untuk
menghancurkan benteng Khaibar, orang-orang menunggu dengan gelisah dan
ketakutan, karena sebelumnya Abu Bakar dan Umar tidak ada yang mampu
menghancurkan benteng, bahkan ‘Umar memuji keberanian pemimpin benteng,
Marhab,yang luar biasa yang membuat Nabi dan para komandan Islam kecewa atas
pernyataan ‘Umar ini.
Kebisuan orang-orang sedang menunggu dengan
gelisah dipecahkan oleh kata-kata Nabi,†Dimanakah ‘Ali? “ Dikabarkan
kepada beliau bahwa ‘Ali menderita sakit mata dan sedang beristirahat di
suatu pojok. Nabi bersabda,†Panggil dia.†‘Ali diangkut dengan unta dan
diturunkan di depan kemah Nabi.†Pernyataan ini menunjukkan sakit matanya
demikian serius sampai tak mampu berjalan. Nabi menggosokkan tangannya ke mata
‘Ali seraya mendoakannya. Mata ‘Ali langsung sembuh dan tak pernah sakit
lagi sepanjang hidupnya. Nabi memerintahkan ‘Ali maju, menurut riwayat pintu
benteng Khaibar itu terbuat dari batu, panjangnya 60 inci, dan lebarnya 30
inci. Mengutip kisah pencabutan pintu benteng Khaibar itu dari ‘Ali melalui
jalur khusus,†Saya mencabut pintu Khaibar dan menggunakannya sebagai
perisai. Seusai pertempuran, saya menggunakannya sebagai jembatan pada parit
yang digali kaum Yahudi.†Seseorang bertanya kepadanya,†Apakah Anda
merasakan beratnya?†‘Ali menjawab,†Saya merasakannya sama berat dengan
perisai saya.†Masih banyak lagi peristiwa-peristiwa lain selain peperangan
untuk melawan kebejatan kaum kafir Quraisy, banyak juga peristiwa yang
menggembirakan, misalnya peristiwa pernikahan al-Washi dan Fatimah, putri Nabi,
perubahan kiblat dari Bait al-Maqdis ke Ka’bah di Makah. Selain serangan dari
luar Kota Madinah, kaum Yahudi yang berada di dalam kota selalu mencoba
melakukan rongrongan terhadap pemerintahan Islam yang masih muda ini, namun
Sang Maha Konsep telah menentukan Drama yang berbeda, walaupun mereka mencoba
memadamkan nur
cahaya-Nya, namun Ia terus menerangi Nur Cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir
itu benci.
VI. Fath Makkah
Tahun kedelapan Hijrah, perjanjian Hudaibiyah
dikhianati oleh orang-orang Quraisy mekah, Nabi segera mengeluarkan perintah
kesiagaan umum. Beliau siapkan pasukan besar yang belum pernah disaksikan
kehebatannya selama ini. Ketika pasukan telah lengkap dan siap bergerak, Nabi
pun menyampaikan bahwa sasarannya adalah Mekah. Pasukan bergerak laksana
migrasi kawanan burung menuju arah selatan. Nabi memerintahkan kepada
pasukannya yang berjumlah 10.000 orang untuk membagi diri, dan menyalakan api
unggun di malam hari agar pasukan musuh melihat betapa besar pasukan musuh
tersebut.
Di dekat kuburan Abu Tholib dan Khodijah yang
terletak di punggung Mekah, kaum muslimin membuat kubah untuk Nabi. Dari kubah
inilah Nabi mengamati dengan cermat arus pasukan Islam yang masuk ke kota dari
empat penjuru.
Makkah... Membisu di depan Nabi dan
pendukungnya. Ya Mekah membisu dan tidak lagi menyerukan teriakan
Fir’aun-fir’aun, digantikan hiruk pikuk suara 10.000 prajurit Muslim yang
menggema yang seakan-akan sedang menunggu kedatangan sahabatnya
Gua itu menatap kepada orang yang dulu berada
dalam perutnya dalam keadaan terusir yang kini telah berdiri tegap dengan gagah
dan dikelilingi puluhan ribu pengikut dan pembelanya.
Nabi memasuki Mekah dan bertawaf, menghancurkan
berhala-berhala bersama al-Washi, tidak ada darah yang tertumpah. Orang-orang
Quraisy yang berada di Makkah menunggu bibir Muhammad berucap tentang mereka,
apakah yang akan terjadi pada mereka, namun bibir itu begitu mulia untuk
menjatuhkan hukuman, ia memberikan kepada mereka yang telah memeranginya
pengampunan dan beliau berkata “... Pergilah, Anda semua adalah orang-orang yang dibebaskan!â€
Kini, di Shafa, laki-laki yang telah membuat
sejarah itu telah kembali, berdiri di depan kehidupannya yang sarat dengan
berbagai peristiwa dan yang ditangannya tergenggam masa depan yang gemilang.
Selama dua puluh tahun penggembalaannya tak pernah henti, ia tak pernah
merasakan letih, kesabarannya begitu tinggi, tak pernah menyerah. Orang
–orang Quraisy berdesak-desakkan di bukit Shafa untuk memberikan Ba’iat.
Setelah penaklukan Mekah masih ada beberapa
peperangan besar berlanjut – semasa hidup Nabi - yaitu Hunain, Tabuk.
Al-Washi tampil dengan gagah perkasa dalam peperangan ini, sesudah membuat
kocar-kacir musuh, al-washi segera menghambur untuk bergabung dengan Nabi, ia
memutari Nabi, dan menghambur membabat musuh untuk melindungi Nabi, dan pada
kali yang lain menemui prajurit musuh yang lari dan menghadang kejaran musuh.
Sesudah itu kembali memutari Nabi. Nabi memanggil sahabat-sahabatnya yang lari
cerai-berai “ Ayyuhan Nas, mau kemana kalian ?†Wahai orang-orang yang ikut
bai’at al-Ridwan! Wahai, orang-orang yang kepadanya diturunkan surat
Al-Baqarah! Wahai orang-orang yang berbaiat di bawah pohon...! orang-orang
Madinah yang gagah berani segera sadar akan diri mereka! Dan ingat bahwa hingga
saat ini mereka adalah tulang punggung Nabi. Kini Nabi memanggil mereka di
tengah 12.000 orang prajurit, dua ribu diantaranya adalah kaum kerabatnya.
Mereka segera menghambur ke arah Nabi menyambut panggilannya dengan, “Labbaik,
Labbaik... Kami datang, kami datang...!â€
Pasukan Islam kembali memenangkan pertempuran,
peran individual Muhammad dalam menyampaikan risalah agungnya telah selesai,
dan kini – tidak bisa – tidak di harus melihat pasukannya, untuk kesekian
kalinya, mengingat dan mengenang kembali pelajaran yang telah diberikannya
selama dua puluh tiga tahun, agar di bisa mengevaluasidan menelitinya kembali.
VII. Haji Wada
Tahun kesebelas Hijrah, haji pertama Nabi dan
kaum Muslimin tanpa ada seorang musrik pun yang ikut didalamnya, untuk pertama
kalinya pula, lebih dari 10.000 orang berkumpul di Madinah dan sekitarnya,
menyertai Nabi melakukan perjalanan ke Makkah, dan .. sekaligus inilah haji
terakhir yang dilakukan oleh Nabi. Rombongan haji meninggalkan Madinah tanggal
25 Dzulqa’idah , Nabi disertai semua isterinya, menginap satu malam di Dzi
Al-Hulaifah, kemudian melakukan Ihram sepanjang Subuh, dan mulai bergerak...
seluruh padang terisi gema suara mereka yang mengucapkan,â€Labbaik, Allahumma
labaik... Labbaik, la syarika laka, ! Aku datang memenuhi panggilanmu, Allahumma, ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu
bagi-Mu...Labbaik, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Segala puji,
kenikmatan, dan kemaharajaan, hanya bagi-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu... Labbaik, aku datang memenuhi panggilan-Mu...†Langit,
hingga hari itu, belum pernah menyaksikan pemandangan di muka bumi seperti yang
ada pada saat itu. Lebih dari 100.000 orang, laki-laki dan perempuan –
dibawah sengatan Matahari yang amat terik dan di padang pasir yang sebelumnya
tak pernah dikenal orang – bergerak menuju satu arah. Medan ini merupakan
lukisan paling
indah dari satu warna yang menghiasi kehidupan manusia. Dan sejarah, adalah
kakek tua yang terbelenggu dalam pengabdian terhadap kepentingan-kepentingan.
Ia adalah tukang cerita yang membacakan hikayat-hikayat Fir’aun, Kisra dan
Kaisar. Sejarah
sekali melihat Muhammad dan orang-orang yang bergerak bersamanya dengan heran! Aneh sekali. Pasukan apa ini?
Komandan berjalan kaki kelelahan, dan pengikut-pengikutnya pun demikian pula. Nabi memang berjalan kaki
bersama umatnya. Sejarah memang mendengar bahwa “penguasa†itu berada di
tengah-tengah pasukan itu, tapi ketika dicari-carinya, dia tak bisa
menemukannya. Rombongan itu masuk Mekah 4 Dzulhijjah, disitu telah berkumpul
Allah, Ibrahim, Ka’bah dan Muhammad. Dia juga ingin memperlihatkan kepada
Ibrahim, bahwa karya besarnya, kita sudah diantarkan kepada Maksud.
Matahari tepat di tengah siang hari itu.
Seakan-akan ia menumpahkan seluruh cahayannya yang memakar ke atas kepala semua
orang. Nabi berdiri di depan lebih dari 100.000 orang. Laki-laki dan perempuan
yang mengelilinginya. Nabi memulai pidatonya, Rosulullah berkata,â€Tahukah
kalian, bulan apa ini ?â€
Mereka serentak menjawab,â€Bulan Haram!â€
.....
...â€Ayyuhan Nas, camkan baik-baik perkataanku. Sebab, aku tidak
tahu, mungkin aku tidak lagi akan bertemu dengan kalian sesudah tahun ini, di
tempat ini, untuk selama-lamanya... Ayyuhan Nas, sesungguhnya darah dan hartamu adalah haram
bagimu hingga kalian menemui Tuhanmu sebagaimana diharamkannya hari dan bulanmu
ini. Sesudah itu, kamu sekalian akan menemui Tuhanmu dan ditanya tentang
amal-amalmu. Sungguh, aku telah sampaikan hal ini. Maka, barangsiapa yang masih
mempunyai amanat, hendaknya segera disampaikan kepada orang yang berhak
menerimanya.....â€
Akar-akar syirik telah dihapuskan dari Mekah,
dan Mekah menjadi sebuah kota suci bagi kaum muslim, tempat berkumpulnya
muslimin dari seluruh penjuru dunia, dengan menggunakan pakaian yang sama,
menuju Tuhannya, tidak ada perbedaan, baik kaya, miskin, raja, rakyat, semuanya
sama dihadapan Tuhan, yang membedakannya adalah takwa.
Muhammad telah melaksanakan tugasnya, dan
sekarang beliau berada di pembaringan, Nabi membuka mata seraya berkata kepada
putrinya dengan suara pelan “Muhammad tidak lain hanyalah seorang Rosul,
sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rosul. Apakah jika dia wafat
atau dibunuh kamu akan berbalik ke belakang? Barangsiapa berpaling ke belakang,
maka tidak akan mendatangkan mudarat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan
memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukurâ€.[Petikan]
Langganan:
Postingan (Atom)